Hari Jantung Sedunia 2020: Use Heart To Beat Heart Disease

YJI - 29 Sep 2020

Jakarta, 29 September 2020 – Penyakit jantung dan kardiovaskular merupakan penyakit katastropik yang menempati urutan tertinggi dari beban biaya BPJS untuk periode Januari - Desember 2019 dengan total 14,300,000 kasus dan total beban biaya Rp 11,8 triliun. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, prevalensi penyakit jantung di Indonesia adalah 1,5?rarti setiap 15 orang dari 1,000 penduduk Indonesia sudah terdiagnosa penyakit jantung dan kardiovaskular.

Di tahun 2017 penyakit jantung dan kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia yaitu sebesar 17,79 juta jiwa. Di Indonesia penyakit jantung dan kardiovaskular juga menjadi menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 26,4%. Ini berarti satu dari setiap empat orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat penyakit jantung dan kardiovaskular.

Penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner terjadi akibat adanya penyumbatan pada aliran darah arteri ke jantung. Pembuluh darah utama yang memasok darah, oksigen dan nutrisi ke jantung menjadi rusak. Namun, banyak yang belum menyadari bahwa penyakit jantung koroner ini bisa dicegah sejak dini. Untuk membantu pemerintah menurunkan beban biaya BPJS yang amat sangat tinggi, Yayasan Jantung Indonesia melakukan penguatan di bidang promotif & preventif sesuai dengan visi & misi Yayasan Jantung Indonesia sejak awal berdiri 39 tahun yang lalu yaitu menjadi pelopor gaya hidup sehat.

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit gaya hidup dan dapat dihindari dengan menerapkan gaya hidup yang sehat sejak sedini mungkin. Trennya pun sudah menunjukkan bahwa penyakit jantung dan kardiovaskular menyerang kelompok usia produktif. Generasi milenial juga masuk kelompok umur yang rentan terhadap penyakit jantung dan kardiovaskular. Yayasan Jantung Indonesia mengkampanyekan pentingnya pencegahan penyakit jantung dan kardiovaskular dengan fokus utama pada generasi muda yang masih di usia produktif. Program Yayasan Jantung Indonesia adalah mengajak generasi milenial untuk menjadi agen-agen perubahan di bidang kesehatan jantung sehingga bisa menjadi smart influencer untuk lingkungan keluarganya, lingkungan tempat kerja, lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekolah baik melalui media tradisional maupun melalui media virtual.

Faktor risiko penyakit jantung koroner seperti umur dan jenis kelamin tidak dapat kita ubah. Namun faktor-faktor resiko yang berasal dari gaya hidup seperti merokok, konsumsi makanan yang tidak sehat, konsumsi alkohol yang berlebihan, kurangnya aktivitas berolahraga, stres tinggi, kurang istirahat, merupakan hal-hal yang bisa diubah agar terhindar dari penyakit jantung koroner.

Gaya hidup yang tidak sehat akan mempercepat kerusakan pada pembuluh darah. Tanda-tanda kerusakan pada pembuluh darah yang harus diwaspadai pada usia muda adalah:

  1. Hipertensi yaitu tekanan darah tinggi
  2. Hiperkolesterol yaitu tingginya kadar kolesterol dalam darah
  3. Arteroskeloris yaitu kadar kolesterol yang tidak terkendali yang menimbulkan penyumbatan pada pembuluh darah
  4. Obesitas

Pemeriksaan kesehatan secara rutin sejak dini menjadi bagian penting dari pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah. Yayasan Jantung Indonesia memberikan edukasi mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin sebagai skrining atau deteksi dini dari penyakit jantung dan kardiovaskular. Edukasi di sekolah-sekolah dan di perkantoran dikemas dalam bentuk yang mudah diterima oleh generasi milenial, sehingga relatable dan dekat dengan mereka. Yayasan Jantung Indonesia terus meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa bahwa penyakit jantung bukan hanya penyakitnya para manula.

Di masa pandemi Covid-19 ini, dengan menjaga kesehatan jantung berarti imunitas tubuh kita akan dapat ditingkatkan. Saat ini pun merupakan saat yang paling tepat untuk mengubah gaya hidup dan menjaga kesehatan jantung. Karena orang-orang yang sudah mengidap penyakit jantung dan kardiovaskular akan beresiko lebih berat apabila terpapar virus Covid-19 dibandingkan dengan mereka-mereka yang tidak memiliki penyakit penyerta.

Let’s use heart to beat heart disease.

Mari kita gunakan hati kita, bersama-sama melawan penyakit jantung dan kardiovaskular.

Esti Nurjadin S.H., M.Kn
Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia